Selasa, 15 November 2011

Sudut Pandang Kehidupan

Mungkin kita pernah mengalami situasi sebagaimana berikut. Saudara kita datang kerja dengan kelelahan. Iapun langsung tidur. Tidak lama kemudian, adzan berkumandang.
Kira-kira apa yang akan kita lakukan? Membiarkan dia tidur, atau membangunkan untuk segera shalat di awal waktu?
Demikianlah dilema yang seringkali kita rasakan. Sebagai manusia biasa, kita tidak tega membangunkan saudara kita. Dia masih butuh istirahat. Shalat juga tidak harus di awal waktu. Di akhir waktu, shalat juga masih boleh.
Di sisi lain, sebagai seorang muslim, kita diharapkan mampu beramar ma’ruf nahi munkar (memerintahkan kebaikan, melarang keburukan). Ada saling mengingatkan satu sama lain, terutama pada amalan-amalan agama yang bersifat penting.
Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk mengurai dilema ini?
Sebenarnya, kita dibebaskan untuk memutuskan dan melakukan apapun. Kita hanya diminta siap bertanggung jawab atas konsekuensinya.
Seandainya kita membangunkan saudara kita, maka sudut pandang yang dominan pada kita adalah sudut pandang keimanan. Kita ingin agar perintah Allah SWT dapat dilaksanakan dengan baik. Kita pun berkeyakinan bahwa Allah SWT akan mengganti pengorbanan saudara kita dengan ganti yang jauh lebih baik, di dunia maupun di akherat.
Seandainya kita mempersilahkan saudara kita tidur terlebih dahulu, maka sudut pandang yang dominan pada kita adalah sudut pandang kemanusiaan. Kita berharap agar saudara kita memiliki keseimbangan hidup. Sehingga, kehidupannya nyaman dan sejahtera.
Sudut pandang keimanan menjadikan kita manusia yang siap berkorban untuk menjalankan perintah-perintah Allah SWT. Kita pun akan mengatur waktu dan diri kita agar selalu siap dengan perintah-perintah Allah SWT. Motivasi kitapun sangat tinggi, karena motivasi Allah SWT adalah movitasi paling tinggi.
Adapun sudut pandang kemanusiaan membuat kita siap hidup di dunia ini dengan baik, sebagai pribadi maupun anggota masyarakat. Namun, kita patut mengakui bahwa sudut pandang kemanusiaan kurang mempertimbangkan aspek ukhrawi. Sifatnya lebih pada saat ini dan di sini.
Sudut pandang keimanan mendorong kita membangun persaudaraan iman. Yang paling dekat dengan kita adalah yang paling beriman kepada Allah SWT. Sementara sudut pandang kemanusiaan mendorong kita membangun persaudaraan kemanusiaan, yang paling dekat adalah saudara sedarah, tetangga, dan seterusnya.
Ya, kita bisa memilih sudut pandang yang manapun. Sebagai seorang muslim, tentu kita bisa menjatuhkan pilihan yang paling baik. Wallaahu a’lam bishshawab. (dufo abdurrohman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar