Minggu, 20 November 2011

Berani Menghadapi Konflik

Konflik sangat sering terjadi di sekitar kita. Hampir tiap hari, bahkan, kita menemui konflik. Kita juga bisa terlibat dalam konflik.
Tidak menyenangkan memang ketika kita terlibat dalam konflik. Energi kita terkuras, baik energi pikiran, mental, maupun spiritual.
Meskipun demikian, para pakar pengembangan manusia menyatakan bahwa konflik memiliki sisi positif. Paling tidak, ada satu tahap ketika konflik dapat mendukung produktivitas kita. Ibarat grafik, konflik yang terlalu rendah membuat kita terlena. Manja, mungkin itu istilahnya. Sementara konflik yang terlalu tinggi dapat membuat hidup kita stres. Di tengah-tengahnya ada konflik yang pas, itulah konflik yang kita maksudkan tadi.
Dengan demikian, tidak mengapa jika kita menetapkan target tertentu atas hidup kita. Dalam berapa tahun, kita akan mencapai target ini, misalnya. Asalkan realistis, ini akan membuat kita produktif.
Yang sangat perlu diperhatikan adalah kapasitas kita dalam menghadapi konflik. Apabila kita tumbuh dan berkembang di rumah yang penuh pemanjaan, dapat dipastikan kapasitas kita menghadapi konflik dan stres sangat rendah. Kita menjadi penakut. Kita akan merasa gemetar mendengar suara keras. Kita juga gelagapan manakala tugas atau masalah yang kita hadapi sangat sulit. Apalagi bila kita jarang bertemu dengan orang-orang yang beraneka ragam latar budayanya.
Kapasitas yang baik dapat dilihat lewat ketenangan menghadapi masalah. Semakin tenang seseorang menghadapi masalah, dapat dipastikan semakin besar kapasitasnya.
Kapasitas diri seseorang didapatkan dari berbagai macam faktor. Ada faktor pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan juga keyakinan. Campuran yang melahirkan kapasitas sedemikian banyak, sehingga dapat dikatakan, kapasitas adalah sesuatu yang mahal. Perlu perjuangan dan waktu untuk membangun kapasitas yang baik.
Ada sejumlah metode mutakhir untuk meningkatkan kapasitas. Yang sedang tren –dan sepertinya akan tetap menjadi tren beberapa tahun ke depan- adalah outbound. Salah satu tujuan intinya adalah menghilangkan rasa takut untuk mengambil resiko. Ada keberanian yang tumbuh. Selain itu, pengalaman mampu menyelesaikan masalah di arena outbound diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan diri.
Meskipun kapasitas dapat ditingkatkan melalui berbagai metode cepat, satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah siklus pembelajaran.
Siklus pembelajaran hidup ini berlaku umum dan terjadi terus menerus dalam kehidupan kita. Siklus ini harus terus berputar atau dijalankan manakala seseorang ingin terus meningkatkan kapasitasnya.
Dalam siklus tersebut, setelah menyelesaikan masalah, kita iharapkan mampu memgambil hikmah dan pengetahuan sebagai bekal menghadapi masalah di masa depan. Bila ini dilakukan, insya Allah, masalah di masa depan tidaklah menjadi masalah yang terlalu rumit.
So, masih takut dengan konflik? Wallahu a’lam bishshawab. (dufo abdurrohman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar