Rabu, 16 November 2011

Benturan Sudut Pandang


Setiap orang mempunyai sudut pandang kehidupan. Basis / dasar sudut pandangnya juga berbeda-beda. Ada yang berbasis keimanan, kemanusiaan, persaudaraan darah, ataupun keuntungan ekonomis.
Di tataran praktisnya, terkadang, sudut pandang yang dimiliki merupakan campuran. Ada sudut pandang kemanusiaan bercampur dengan persaudaraan darah, ataupun kemanusiaan bercampur ekonomi. Tinggal pertanyaannya, sudut pandang mana yang dominan.
Setiap sudut pandang memiliki karakteristiknya masing-masing. Sudut pandang keimanan, misalnya, memiliki karakteristik yang tidak boleh bercampur dengan sudut pandang yang lain. Bila terpaksa bercampur (dengan sudut padang ekonomi, misalnya), maka bingkai besarnya tetaplah sudut pandang iman.
Sudut pandang persaudaraan darah, sebagai misal yang lain, memberikan pengaruh pada kedekatan hati –walaupun jarak tidaklah dekat. Persaudaraan darah juga membuat kita selalu rindu. Karakteristik persaudaraan yang kita ketahui adalah mengutamakan sambungnya rasa antarsaudara. Perbedaan yang ada diabaikan, paling tidak dibuat seminimal mungkin.
Sudut pandang yang berbeda-beda, di tataran praktisnya akan membuat benturan. Sekecil apapun, benturan itu akan ada.
Sudut pandang keimanan akan berbenturan dengan sudut pandang hedonisme. Karena sudut pandang keimanan menjadikan seseorang berusaha hidup sebaik mungkin. Standarnya adalah standar hidup yang telah ditetapkan Allah SWT. Sementara hedonisme mengantarkan seseorang pada keinginan suka-suka tiada batas. Tidak standar kualitas hidup, apalagi tunduk pada standar yang telah ditetapkan Allah SWT.
Dikarenakan benturan sudut pandang pasti terjadi, setiap orang perlu menyadari dan bersiap-siap terhadapnya. Walaupun sesama saudara, bila sudut pandangnya berbeda, cepat atau lambat benturan-benturan pasti akan terjadi.
Tidak ada cara menghilangkannya. Yang ada mungkin pengelolaannya, bagaimana sebuah benturan dapat diselesaikan dengan baik. Dimungkinkan ada saling eksplorasi, ataupun kompromi.
Terkadang, benturan sudut pandang berujung pada benturan fisik. Dapat dikatakan ini adalah bentuk finalnya. Ini juga ujian terhadap keluhuran sudut pandang. Dalam sudut pandang keimanan, misalnya, ada sejumlah aturan ketat dalam benturan fisik. Contohya, tidak melukai orang-orang yang tidak terlibat (seperti wanita dan anak-anak).
Dengan demikian, sebelum menentukan sudut pandang, setiap orang perlu mempelajari nilai-nilai yang dikandungnya. Setiap orang juga perlu belajar konsekuensinya. Wallahu a’lam bishshawab. (dufo abdurrohman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar