Kamis, 10 November 2011

Shabrun Jamil

Di hari-hari ini, kita mungkin merasa sangat sedih. Ada begitu banyak beban yang mengganjal di hati kita. Kita pun merasakan sesak nafas yang luar biasa. Berteriak, itulah yang mungkin sangat ingin kita lakukan.
Terkadang, Allah SWT memang memberikan beban hidup yang luar biasa berat. Ada beban masalah pribadi, keuangan, pekerjaan, hingga hubungan sosial.
Dalam menghadapi beban itu, ada orang-orang yang menghadapinya dengan sabar. Kita dapat melihat contohnya pada orang-orang shaleh yang terdahulu, baik para rasul, nabi, maupun ulama. Bahkan, mereka menjadi semakin dekat kepada Allah SWT. Mereka pun merasakan nikmat spiritual yang mendalam.
Ada juga orang-orang yang tidak sabar dalam menjalani beban hidup. Sebagian mereka menghujat Yang Maha Kuasa. Mereka tidak terima. Mereka menganggap Allah SWT tidak adil.
Tentu saja, kita sepakat bahwa kesabaran adalah hal terbaik dalam menjalani beban hidup. Sabar itu adalah cahaya, demikian sebuah petuah mengatakan. Karena dengan sabar, insya Allah, kita dapat melihat berbagai alternatif penyelesaian yang tadinya sulit tersibak.
Kita bisa menyelami kisah Nabi Ya’qub alaihissalam. Ia harus berpisah dengan putranya, Yusuf alaihissalam, karena konflik internal keluarga. Saudara-saudara Yusuf alaihissalam menjauhkannya dari sang ayah. Ini mereka lakukan karena kecemburuan.
“Shabrun jamil (kesabaran yang baik),” itulah yang diucapkan Nabi Ya’qub alaihissalam ketika tahu Yusuf alaihissalam tidak di sisinya lagi. Kala itu, saudara-saudara Yusuf alaihissalam berbohong bahwa Yusuf alaihissalam telah tiada diterkam serigala.
Kesabaran yang baik, itulah yang langsung ditancapkan Nabi Ya’qub alaihissalam dalam dirinya. Seakan-akan ia berkata, “Sesedih apapun kita dengan takdir Allah, kita tetap bersikap baik dan yakin Allah pasti memberikan jalan keluar atas kesedihan kita ini.”
Kesabaran yang baik, itulah yang kemudian dilanggengkan oleh Nabi Ya’qub alaihissalam. Tidak sesaatpun ia menghujat Allah SWT. Beliaupun akhirnya dipertemukan lagi dengan Yusuf alaihissalam. Tahukah berapa tahun perpisahan itu? Lebih dari 10 tahun.
Kesabaran yang baik, itu jugalah yang Allah SWT inginkan dari kita ketika tertimpa musibah. Meskipun, lebih mudah mengatakan ketimbang melakukan, mungkin ada baiknya kita selalu berdoa,
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesedihan dan kecemasan. Aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan. Aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut dan bakhil. Dan aku berlindung kepada-Mu dari dikuasai (dijajah) orang lain serta hutang.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar