Anak itu berbadan gemuk. Kegemukannya semakin
kentara dengan tinggi badan yang relatif pendek. Sehingga, secara umum,
fisiknya dapat dikatakan tidak menarik.
Dalam berbagai kompetisi, banyak teman-temannya
yang ragu akan kemampuannya. Mereka menganggap orang gemuk lamban, tumpul, dan
hanya memikirkan makanan. Lebih parah lagi, ada anggapan bahwa fisik menarik
adalah nilai tambah. Dengan demikian, bisa jadi dirinya dikalahkan hanya karena
pesaingnya berfisik menarik.
Gambaran di atas mungkin sangatlah ekstrem. Akan
tetapi, fakta bahwa orang gemuk banyak diragukan masih berlaku sampai sekarang.
Berbagai cerita dan film masih menampilkan orang gemuk dengan citra sebagaimana
disebutkan. Apalagi, bila cerita atau film itu bergenre komedi.
Kita patut bertanya, tanpa membela orang-orang
gemuk, apa yang kita rasakan ketika diragukan? Apakah kita merasakan
kenyamanan?
Benar sekali, tanpa tubuh gemuk pun, kita sering
merasa diragukan oleh orang lain. Ada saja penyebabnya. Kita mungkin pernah
gagal dalam mencapai target pekerjaan, dianggap lemah dalam hal komunikasi,
ataupun kelemahan-kelemahan lain yang secara esensial tidak berhubungan sama
sekali dengan pekerjaan.
Dalam situasi diragukan ini, apa yang sering kita
lakukan? Mungkinkah di antara kita ada yang marah? Mungkinkah di antara kita
ada yang frustrasi? Atau, mungkinkah di antara kita ada yang berbesar hati
menerima kenyataan sambil memaafkan semua pihak –termasuk diri sendiri?
Kita semuanya sepakat bahwa berbesar hati bukanlah
hal yang mudah. Di sisi lain, kita pun sepakat bahwa berbesar hati bukanlah hal
yang mustahil. Kita bisa mengusahakannya, dengan syarat ada kemauan dan
ketegaran yang kuat.
Kita mengakui bahwa tangis bisa saja mengiringi.
Ini manusiawi. Sementara itu, sebagian orang menumpahkan tangisnya di atas
sajadah, di antara doa-doa yang terucap pasrah.
Membangun kekuatan jiwa di situasi seperti ini
sangatlah penting. Ini akan menjadi benteng diri dari pikiran-pikiran buruk
yang lahir dalam hati atas bisikan setan, dan juga perkataan-perkataan negatif
yang lahir dari orang-orang yang sedang didera pikiran ataupun perasaan buruk.
Kekuatan jiwa juga menjadi landasan usaha.
Sehingga, kita tetap konsisten di atas jalan yang telah kita rintis sebelumnya.
Bilapun jalan itu sempat rusak, perjalanan tidak akan terhenti. Jalan
diperbaiki kembali, selanjutnya dikokohkan guna memperlancar perjalanan di
kemudian hari.
Orang-orang yang diragukan dalam lintasan sejarah
tidaklah terhitung jumlahnya. Sebagian mereka menunjukkan hasil yang cemerlang
di atas konsistensinya. Tinggal kita di sini, memilih di antara dua jalan:
murka ataukah tetap bersahaja?
Wallaahu a’lam bishshawab. (dufo abdurrohman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar