Senin, 27 Februari 2012

Menumbuhkan Alasan Positif


Cerahnya matahari tidak selalu mengawali hari kita, bukan? Mendung dan hujanlah yang terkadang menutupinya. Apalagi, bila hujan dalam kondisi deras. Langit akan berwarna gelap, hampir segelap malam.
Dalam kondisi seperti itu, seperti apakah hati kita? Adakah kita merasakan jengkel yang luar biasa? Ataukah kita tetap biasa?
Kita memang selalu berharap -dan juga diharapkan orang lain- untuk selalu positif. Minimal, kita masih dapat tersenyum. Sehingga, kita masih dapat mencari cara untuk menikmati hidup kita sepanjang hari itu.
Kita mungkin memiliki banyak alasan untuk cemberut. Hujan deras, jalanan licin, sedikit basah, pandangan terbatas, dan hawa dingin merupakan beberapa contohnya. Ini diperparah dengan situasi yang mungkin akan kita hadapi di tempat kerja, seperti terlambat, tidak nyaman bekerja dengan baju basah, hingga kemungkinan mati listrik –yang otomatis akan sedikit banyak menghambat pekerjaan.
Dalam hal ini, kita memiliki satu pembenaran. Ya, kita adalah manusia. Sebagai manusia, tentu ada keinginan-keinginan yang ingin kita capai secara sempurna. Kita menginginkan matahari yang cerah, kendaraan yang berjalan lancar, hingga jalanan yang cukup lengang.
Di sisi lain, kita memiliki satu negasi. Kita adalah hamba Allah Ta’ala. Sebagai hamba, kita tentu perlu bersyukur dalam setiap kondisi. Ini dikarenakan kita yakin bahwa segala sesuatu yang telah ditetapkan-Nya adalah hal baik. Bila terlihat buruk, maka hal itu belum dipahami secara benar. Seiring waktu, dengan tetap mempertahankan rasa syukur, kita mungkin akan menemukan makna positifnya.
Dalam tarikan dua sisi inilah, kita perlu cerdas mengolah sikap dan hidup kita. Dua sisi yang berbeda tidak selalu bermakna bertentangan, bukan?
Allah Ta’ala tentu memiliki hikmah yang mendalam dalam segala hal, termasuk dalam pengolahan dua sisi manusia ini. Minimal, kita memahami bahwa sisi manusiawi mendorong kita untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sementara itu, sisi kehambaan mendorong kita untuk menjaga batas-batas dalam pemenuhan berbagai kebutuhan hidup.
Dengan demikian, bila kita cerdas mengolah dua sisi ini, kita akan mampu terus memenuhi kebutuhan hidup kita dalam jalan yang baik dan benar. Kita akan terbebas dari berbagai perasaan bersalah yang kerapkali tumbuh manakala kesalahan kita perbuat. Muaranya, kita dapat merasakan kebahagiaan yang penuh makna –sebuah kebahagiaan yang benar-benar tumbuh dari dalam, dan akan selalu mendorong kita untuk memiliki sebuah alasan positif terhadap apapun yang kita lakukan.
Wallaahu a’lam bishshawab. (dufo abdurrohman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar