Mereka dulu kaya, kini jauh berubah. Mereka dulu
terbiasa hidup mewah, kini hidup dalam keprihatian. Yang lebih memberatkan
adalah penyakit berat yang menggerogoti tubuh salah seorang anggota keluarga.
Perubahan yang terjadi, sebenarnya, tidak langsung
drastis. Setahap demi setahap, perubahan itu terjadi. Setiap orang yang
memiliki kepekaan dapat merasakannya.
Tahapan pertama adalah berkurangnya kapasitas
bisnis sang ayah. Omset bisnis yang tadinya bernilai puluhan juta perbulan,
saat itu sudah mulai menurun hingga jutaan saja. Bahkan, lama kelamaan, semakin
menipis.
Tahapan kedua adalah bekerjanya anak-anak keluarga
itu di berbagai sektor. Akan tetapi, anak-anak itu bekerja tanpa rintisan
karier. Keluar-masuk pekerjaan merupakan berita yang sering terdengar dari anak-anak
itu.
Tahapan ketiga adalah wafatnya sang ayah. Ini
merupakan momentum penutup. Hampir tidak ada harta warisan tersisa, sementara
kemandirian karir anak-anak dalam keluarga itu pun belum terbentuk. Kepiluan,
perasaan inilah yang terasa diwariskan.
Mengapa ini semua terjadi? Kebanyakan kita pasti
sudah tahu jawabannya. Karena fenomena semacam ini sangat sering terjadi di
masyarakat. Anak-anak dimanjakan, dihindarkan dari tanggung jawab dan kepahitan
hidup, sekaligus dibuat bergantung sepenuhnya pada orang tua. Mereka hampir
tidak pernah belajar kemandirian. Sehingga, mereka, di kala dewasa, tergagap. Hasilnya,
mereka tak mampu meraih apa yang telah diraih oleh orang tua mereka.
Hal inilah yang sangat penting untuk direnungkan. Kemandirian
dan ketegaran menjalani hidup merupakan dua hal yang sangat penting untuk
diajarkan serta dilatihkan kepada anak-anak. Mereka perlu memahami bahwa
kehidupan mereka adalah tanggung jawab mereka. Bila ada bantuan dari orang
lain, itu bukanlah sesuatu yang permanen. Pada suatu saat, bila bantuan itu
tidak diberikan, mereka tidak bisa bersikap negatif. Mereka harus tetap
menyelesaikan segala sesuatu yang menjadi tugas mereka.
Memang, anak-anak perlu waktu yang panjang dan
bantuan yang besar dari orang tua untuk menjadi mandiri dan tegar. Ini berarti
orang tua perlu terus membantu, sembari perlahan-lahan melepas bantuan
tersebut. Dengan demikian, secara bertahap kemandirian dan ketegaran anak-anak
dapat tumbuh dengan baik. Anak-anak pun tidak merasakan perubahan yang ekstrem
dalam kehidupan mereka. Insya Allah, kehidupan emosional mereka pun terjaga –bahkan
berkembang dengan sangat baik.
Dapat dikatakan, orang tua adalah profesi yang
paling berat di dunia ini. Visi yang kuat, pengendalian emosi yang baik, serta
pengetahuan yang terus bertambah, merupakan syarat mutlak. Ketiganya bukanlah
hal yang mudah. Apalagi, kesibukan kerja dan karir sering mempersempit
kesempatan menambah bekal sebagai orang tua.
Di titik inilah, setiap orang tua perlu berhenti
sejenak, sembari bertanya, “Mampukah setiap anggota keluarga terus berkembang
dengan penuh kemandirian, sepanjang mereka hidup, sepanjang mereka
berkemampuan?”
Wallaahu a’lam bishshawab. (dufo abdurrohman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar