Lelah? Kacau balau? Penuh amarah? Sedih?
Inilah waktu yang pas untuk shalat. Kita berwudhu,
lalu menghadap Allah Ta’ala. Kita menyampaikan rasa syukur atas semua
karunia-Nya, sembari memohon agar kenikmatan yang ada selalu melekat pada diri
kita, khususnya nikmat agama. Setelah itu, kita dapat mengajukan permohonan
agar lelah, letih, amarah, sedih, pilu, semuanya diangkat dari kehidupan kita.
Dengan penuh harap, kita dapat memohon kepada Allah Ta’ala agar hidup kita
dijadikan lebih ringan. Sehingga, segala sesuatunya dapat dijalani dengan lebih
mudah.
Sebenarnya, kita membutuhkan shalat lebih dari lima
kali sehari. Apalagi, beban hidup di era modern saat ini jauh lebih berat.
Berbagai isme buruk bermunculan. Semuanya bermuara pada perlunya usaha
berlipat-lipat guna terus bertahan dalam kehidupan ini.
Adapun penetapan shalat wajib yang hanya lima kali
sehari, ini adalah standar minimal yang ditetapkan oleh-Nya. Selebihnya,
kitalah yang memilih. Bila beban semakin berat, tentu kita bisa memilih untuk
menambah waktunya. Kita bisa menambahnya di waktu malam ataupun pagi hari. Kita
bahkan bisa memilih waktu kapan saja, kecuali waktu yang dilarang, asalkan kita
mau.
Shalat memang bukan hal ringan. Ada banyak
rintangan untuk mendirikannya. Ada rasa kantuk, rasa malas, kesibukan yang
rasanya tidak mungkin dijeda, dan sejuta alasan lain. Ini diperparah dengan
godaan untuk relaksasi dengan cara haram. Minuman keras, menonton film porno,
dan seks bebas adalah sebagian contoh ekstrem yang bisa ditampilkan.
Meskipun demikian, dengan akal dan hati yang
jernih, kita dapat merenungkan sekaligus menemukan bahwa shalat adalah sarana
yang paling halal, baik, mudah, murah, dan sekaligus berpahala dalam
menyelesaikan semua masalah hidup. Tidak ada lagi sarana yang lebih baik
ketimbang shalat.
Kita mengakui bahwa shalat tidak menjadikan
segalanya berubah seketika. Ketiadaan uang, misalnya, tidak langsung berubah
dengan shalat. Tidak akan ada uang yang langsung turun dari langit. Tidak akan
ada pula pohon emas yang tumbuh dari bumi.
Akan tetapi, shalat dapat merubah kondisi dan
situasi jiwa kita seketika. Sedih dapat berubah seketika menjadi gembira. Pilu
dapat berubah seketika menjadi ringan. Marah dapat berubah seketika menjadi
lapang hati. Ini semua menjadi pijakan awal yang penting untuk menemukan
solusi-solusi atas masalah hidup yang dihadapi.
Ibarat benang kusut, jiwa yang lelah akan diurai
kembali. Selanjutnya, struktur jiwa dikembalikan lagi ke posisi yang benar.
Dengan posisi yang benar inilah, jiwa dapat mendorong keseluruhan diri untuk
bekerja optimal dalam menemukan solusi. Apalagi, seringkali Allah Ta’ala
membisikkan solusi secara langsung. Subhanallah.
Wallaahu a’lam bishshawab. (dufo abdurrohman)
Subhanallah. Bagus banget kajiannya Ustadz.
BalasHapus