Rabu, 01 Februari 2012

Mengurai Kelelahan Jiwa dengan Shalat


Lelah? Kacau balau? Penuh amarah? Sedih?
Inilah waktu yang pas untuk shalat. Kita berwudhu, lalu menghadap Allah Ta’ala. Kita menyampaikan rasa syukur atas semua karunia-Nya, sembari memohon agar kenikmatan yang ada selalu melekat pada diri kita, khususnya nikmat agama. Setelah itu, kita dapat mengajukan permohonan agar lelah, letih, amarah, sedih, pilu, semuanya diangkat dari kehidupan kita. Dengan penuh harap, kita dapat memohon kepada Allah Ta’ala agar hidup kita dijadikan lebih ringan. Sehingga, segala sesuatunya dapat dijalani dengan lebih mudah.
Sebenarnya, kita membutuhkan shalat lebih dari lima kali sehari. Apalagi, beban hidup di era modern saat ini jauh lebih berat. Berbagai isme buruk bermunculan. Semuanya bermuara pada perlunya usaha berlipat-lipat guna terus bertahan dalam kehidupan ini.
Adapun penetapan shalat wajib yang hanya lima kali sehari, ini adalah standar minimal yang ditetapkan oleh-Nya. Selebihnya, kitalah yang memilih. Bila beban semakin berat, tentu kita bisa memilih untuk menambah waktunya. Kita bisa menambahnya di waktu malam ataupun pagi hari. Kita bahkan bisa memilih waktu kapan saja, kecuali waktu yang dilarang, asalkan kita mau.
Shalat memang bukan hal ringan. Ada banyak rintangan untuk mendirikannya. Ada rasa kantuk, rasa malas, kesibukan yang rasanya tidak mungkin dijeda, dan sejuta alasan lain. Ini diperparah dengan godaan untuk relaksasi dengan cara haram. Minuman keras, menonton film porno, dan seks bebas adalah sebagian contoh ekstrem yang bisa ditampilkan.
Meskipun demikian, dengan akal dan hati yang jernih, kita dapat merenungkan sekaligus menemukan bahwa shalat adalah sarana yang paling halal, baik, mudah, murah, dan sekaligus berpahala dalam menyelesaikan semua masalah hidup. Tidak ada lagi sarana yang lebih baik ketimbang shalat.
Kita mengakui bahwa shalat tidak menjadikan segalanya berubah seketika. Ketiadaan uang, misalnya, tidak langsung berubah dengan shalat. Tidak akan ada uang yang langsung turun dari langit. Tidak akan ada pula pohon emas yang tumbuh dari bumi.
Akan tetapi, shalat dapat merubah kondisi dan situasi jiwa kita seketika. Sedih dapat berubah seketika menjadi gembira. Pilu dapat berubah seketika menjadi ringan. Marah dapat berubah seketika menjadi lapang hati. Ini semua menjadi pijakan awal yang penting untuk menemukan solusi-solusi atas masalah hidup yang dihadapi.
Ibarat benang kusut, jiwa yang lelah akan diurai kembali. Selanjutnya, struktur jiwa dikembalikan lagi ke posisi yang benar. Dengan posisi yang benar inilah, jiwa dapat mendorong keseluruhan diri untuk bekerja optimal dalam menemukan solusi. Apalagi, seringkali Allah Ta’ala membisikkan solusi secara langsung. Subhanallah.
Wallaahu a’lam bishshawab. (dufo abdurrohman)

1 komentar: