Kamis, 19 Januari 2012

Niat Yang Baik, Cara Yang Baik


Seorang pria terburu-buru menuju shaf depan. Ia terlambat mendatangi majelis Shalat Jum’at. Entah karena tidak tahu atau tidak sengaja, ia melewati orang yang sedang shalat.
Kita yakin dia memiliki niat baik. Dia tentu ingin shalat di shaf sedepan mungkin. Bahkan, jikalau bisa, ia shalat di belakang imam.
Di sisi lain, kita prihatin dengan perilakunya yang kurang hati-hati. Larangan seorang muslim melewati muslim lain yang sedang shalat seharusnya diketahui dan dilaksanakan. Hal ini dikarenakan larangan ini termasuk larangan yang keras. Rasulullah SAW lewat sabdanya sangat menekankan hal ini.
Niat yang baik, dapat kita simpulkan, tidak otomatis membebaskan berbagai cara. Selalu ada bingkai aturan pada caranya. Jika memang tidak memungkinkan mencapai tujuan dari sebuah niat, ada baiknya mengubah niat –sembari berharap bahwa tujuan yang diniatkan ini akan terwujud di kemudian hari.
Kita bisa bayangkan peristiwa apa saja yang akan terjadi bila tujuan baik membebaskan berbagai cara. Hasilnya mungkin tercapai, tetapi peristiwa-peristiwa buruk bisa sangat mudah ditemukan pada prosesnya.
Alhasil, cara kita mencapai sesuatu perlu ditinjau. Selama ini, tanpa disadari, kita mungkin telah melakukan banyak hal yang salah meskipun niat kita sangat mulia. Bila kita berniat baik, tetapi banyak hal buruk yang terjadi bersama dengan pelaksanaan niat kita ini, bisa jadi cara kita telah salah –sekecil apapun kesalahannya.
Kita bisa mengakui hal ini dengan besar hati. Kita berharap ada perbaikan di tahap selanjutnya. Kita bisa belajar kembali, merenungkan kembali, lalu menemukan cara-cara baru yang lebih benar dan proporsional.
Mengubah kebiasaan memang sulit. Akan tetapi, selalu ada jalan dalam niat yang kuat. Kita bisa memilih dan memilah cara baik yang bisa kita tempuh. Selanjutnya, kita bisa menetapi jalan perubahan setahap demi setahap.
Mengapa setahap demi setahap? Karena hidup ini penuh dengan tahapan. Anak kecil perlu sejumlah tahapan sebelum mencapai kedewasaan. Biji yang kecil dan kelihatan tidak berarti perlu waktu bertahun-tahun untuk tumbuh menjadi pohon yang kokoh.
Allah SWT juga mengajarkan kita untuk menjalani hidup ini dengan tahapan-tahapannya. Minimal, kita mengetahui bahwa Allah SWT menciptakan langit dan bumi dalam waktu beberapa hari. Tentu saja, Allah SWT bisa menciptakan dalam waktu sekejap. Akan tetapi, manusia mungkin perlu diajari langsung lewat peristiwa, sehingga lebih meresap.
Pada akhirnya, kita bisa membuka mata dan telinga kita lebar-lebar. Sehingga, kita bisa mendengar dan melihat cara-cara baru dalam kehidupan kita. Lalu, kita bisa memilahnya dan menjalankan yang terbaik. Dengan demikian, kita bisa berharap, hidup kita akan semakin baik, dan akan berakhir pula dengan baik.
Wallaahu a’lam bishshawab. (dufo abdurrohman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar