“Apakah
pernikahan itu harus selalu dilandasi cinta?” demikian tanya Umar radhiyallahu
anhu.
Kita
mungkin heran dengan pertanyaan Umar. Apakah ini berkaitan dengan seseorang
yang tidak ingin menikah atau menuntaskan pernikahan karena ketiadaan cinta?
Ya
benar, pertanyaan Umar adalah responnya terhadap ucapan lelaki yang ingin
bercerai karena ketiadaan cinta. Sang lelaki menganggap cinta adalah landasan
yang harus ada dalam pernikahan. Tanpa itu, pernikahan harus berhenti ataupun
dibatalkan.
Umar
heran dengan ucapan lelaki itu. Hal ini dikarenakan ada begitu banyak landasan
dalam pernikahan, demikian kurang lebih pendapat Umar. Minimal, ada landasan
agama di situ.
Kita
sering mendengar sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang kriteria
memilih pasangan. Dalam sabda beliau, ada empat kriteria, yakni
ketampanan/kecantikan, kekayaan, nasab, dan agama. Agama, demikian lanjutan
sabda beliau, merupakan kriteria penting. Bahkan beliau menyampaikan, pilihan
tanpa mempertimbangkan agama dapat mendatangkan keburukan.
Beliau
sendiri menikahi janda-janda, kecuali Aisyah radhiyallahu anha. Kebanyakan
janda tersebut adalah janda pejuang Islam. Mereka bukanlah janda kaya. Bahkan ada
di antara mereka yang sudah berumur.
Cinta
dalam pernikahan memang hal yang sangat indah. Motivasi yang lahir dari cinta
juga sangat kuat. Di sisi lain, kita menemukan cukup banyak fakta bahwa
sejumlah pasangan kesulitan melanggengkan cinta. Ada beberapa upaya yang luput,
entah karena tidak ada ilmu ataupun tidak adanya keinginan.
Dengan
demikian, motivasi pernikahan menjadi sesuatu yang sangat penting. Kita juga
memahami bahwa cinta ternyata bukan motivasi paling baik dalam pernikahan. Ada motivasi
yang lebih besar ketimbang cinta. Benar sekali, itu adalah keimanan, ketaatan, bahkan
kecintaan kepada Allah ta’ala.
Dalam
naungan motivasi spiritual ini, pernikahan diharapkan dapat berlabuh di dermaga
barokah. Wujudnya adalah tumbuhnya cinta agung secara perlahan tapi terus
menerus. Mengapa dinamakan cinta agung? Karena cinta ini dilandasi nilai-nilai
spiritual, dengan salah satu indikator bahwa bahasa cinta tidak boleh melanggar
ketentuan-Nya. Maka, kita akan mendapati cinta agung ini menahan pemiliknya
untuk berpesta pora, berlebihan dalam hadiah, dan tindakan buruk lainnya dalam
pembuktian adanya cinta. Yang ada adalah kesederhanaan, pengabdian, pelayanan,
dan saling menasehati dalam kebaikan.
Dengan
cinta agung ini, perjalanan hidup akan senantiasa diisi dengan banyak upaya
menuju ridho-Nya. Sepanjang hari, segala yang ada adalah hal baik dengan niatan
yang sangat baik. Tidak ada keburukan, tidak ada siasat, dan tidak ada upaya
saling menghancurkan.
Akhirnya,
kita berharap agar cinta agung dimiliki oleh siapapun yang hendak menikah, baru
menikah, ataupun yang sudah lama menikah. Dengan demikian, kita berharap hidup
ini akan selalu indah dalam kasih-Nya, selalu berenergi dalam kuasa-Nya, dan
selalu syahdu dalam kebahagiaan yang telah dijanjikan-Nya.
Wallahu
a’lam bishshawab. (dufo abdurrohman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar