Minggu, 15 Januari 2012

Bersiap Menghadapi Badai Rumah Tangga


Suami istri itu menemui orang tua sang istri. Ada wajah sendu tergambar. Beban berat jelas terlihat. Semua itu mengawali perbincangan tentang kehidupan keluarga yang sedang terkena badai.
Setiap orang menyetujui bahwa badai rumah tangga akan datang sekali waktu. Meskipun tidak diharapkan, badai rumah tangga telah ditetapkan sebagai salah satu sunnatullah. Yang perlu dilakukan adalah pengelolaan yang baik agar rumah tangga tetap stabil.
Badai rumah tangga memang selalu berat. Ibarat berdiri di pinggir pantai dengan hembusan angin yang kencang, ada dua ancaman sekaligus di sana. Angin yang bisa merobohkan tubuh kita, sekaligus ombak laut yang mampu menyeret kita ke lautan lepas.
Itu jugalah yang mengguncang rumah tangga kita. Ada dua hal yang biasanya menyertai konflik rumah tangga. Yang pertama adalah masalah awal yang memicu konflik, sementara yang kedua adalah masalah lain yang lebih dalam sebagai rentetan dari masalah awal.
Sebagai misal, masalah yang menjadi pemicu bisa jadi hanyalah perbedaan selera makanan. Akan tetapi, merembet menjadi masalah perbedaan dalam selera interior dan liburan. Bila dibiarkan, kita tentu bisa menebak ke arah mana rumah tangga itu akan meluncur.
Inilah salah satu penyebab pentingnya evaluasi diri di setiap fase kehidupan rumah tangga. Ada penilaian yang terus menerus. Penilaian ini diharapkan objektif. Bisa saja, setiap pasangan menilai dirinya sendiri, saling menilai, ataupun menilai rumah tangga mereka secara keseluruhan. Alternatif lainnya, meminta pihak ketiga yang lebih kompeten untuk memberikan nasehat. Semuanya diharapkan bermuara pada diketemukannya titik lemah rumah tangga yang bisa diperbaiki sebelum terlambat.
Bila kita tarik mundur lagi, maka kita menemukan kebutuhan setiap orang untuk bersiap sebelum membangun rumah tangga. Ada persiapan spiritual, emosional, intelektual, dan juga material. Dengan demikian, semuanya sudah siap sebelum badai rumah tangga itu menderu. Lebih baik lagi, apabila bekal-bekal antisipasi badai rumah tangga telah cukup dimiliki.
Apakah badai rumah tangga dapat diantisipasi? Guna menjawabnya, kita dapat mengamati fenomena badai di bumi ini. Memang, kedua jenis badai itu tidaklah sama persis. Minimal, kita memiliki pijakan yang cukup kokoh.
Badai di bumi dapat diramalkan. Ada sejumlah indikasi cuaca yang bisa digunakan. Memang, ramalan ini tidak selalu tepat. Akan tetapi, persiapan yang baik dapat mengurangi bencana besar, kan?
Badai rumah tangga juga memiliki gejala awal. Ada berkurangnya intensitas komunikasi. Ada bahasa-bahasa sindiran –yang lahir dari berkurangnya minat terhadap komunikasi terbuka. Ada juga berkurangnya intensitas pelayanan setiap pasangan kepada pasangannya.
Bila didaftar, gejala awal badai rumah tanggi bisa lebih panjang. Yang paling pokok adalah kegesitan setiap pasangan untuk menghindarinya. Tentu saja, usaha penghindaran ini dilakukan proaktif oleh dua belah pihak, istri dan suami. Dengan demikian, upaya penghindarannya menjadi semakin efektif dan efisien.
Semoga Allah Ta’ala memudahkan setiap rumah tangga dalam mengelola badai rumah tangganya, amin.
Wallahu a’lam bishshawab. (dufo abdurrohman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar