Suami istri itu menemui orang tua sang istri. Ada wajah
sendu tergambar. Beban berat jelas terlihat. Semua itu mengawali perbincangan
tentang kehidupan keluarga yang sedang terkena badai.
Setiap orang menyetujui bahwa badai rumah tangga
akan datang sekali waktu. Meskipun tidak diharapkan, badai rumah tangga telah
ditetapkan sebagai salah satu sunnatullah. Yang perlu dilakukan adalah
pengelolaan yang baik agar rumah tangga tetap stabil.
Badai rumah tangga memang selalu berat. Ibarat berdiri
di pinggir pantai dengan hembusan angin yang kencang, ada dua ancaman sekaligus
di sana. Angin yang bisa merobohkan tubuh kita, sekaligus ombak laut yang mampu
menyeret kita ke lautan lepas.
Itu jugalah yang mengguncang rumah tangga kita. Ada
dua hal yang biasanya menyertai konflik rumah tangga. Yang pertama adalah
masalah awal yang memicu konflik, sementara yang kedua adalah masalah lain yang
lebih dalam sebagai rentetan dari masalah awal.
Sebagai misal, masalah yang menjadi pemicu bisa
jadi hanyalah perbedaan selera makanan. Akan tetapi, merembet menjadi masalah
perbedaan dalam selera interior dan liburan. Bila dibiarkan, kita tentu bisa
menebak ke arah mana rumah tangga itu akan meluncur.
Inilah salah satu penyebab pentingnya evaluasi diri
di setiap fase kehidupan rumah tangga. Ada penilaian yang terus menerus. Penilaian
ini diharapkan objektif. Bisa saja, setiap pasangan menilai dirinya sendiri,
saling menilai, ataupun menilai rumah tangga mereka secara keseluruhan. Alternatif
lainnya, meminta pihak ketiga yang lebih kompeten untuk memberikan nasehat. Semuanya
diharapkan bermuara pada diketemukannya titik lemah rumah tangga yang bisa
diperbaiki sebelum terlambat.
Bila kita tarik mundur lagi, maka kita menemukan
kebutuhan setiap orang untuk bersiap sebelum membangun rumah tangga. Ada persiapan
spiritual, emosional, intelektual, dan juga material. Dengan demikian, semuanya
sudah siap sebelum badai rumah tangga itu menderu. Lebih baik lagi, apabila
bekal-bekal antisipasi badai rumah tangga telah cukup dimiliki.
Apakah badai rumah tangga dapat diantisipasi? Guna
menjawabnya, kita dapat mengamati fenomena badai di bumi ini. Memang, kedua
jenis badai itu tidaklah sama persis. Minimal, kita memiliki pijakan yang cukup
kokoh.
Badai di bumi dapat diramalkan. Ada sejumlah
indikasi cuaca yang bisa digunakan. Memang, ramalan ini tidak selalu tepat. Akan
tetapi, persiapan yang baik dapat mengurangi bencana besar, kan?
Badai rumah tangga juga memiliki gejala awal. Ada
berkurangnya intensitas komunikasi. Ada bahasa-bahasa sindiran –yang lahir dari
berkurangnya minat terhadap komunikasi terbuka. Ada juga berkurangnya
intensitas pelayanan setiap pasangan kepada pasangannya.
Bila didaftar, gejala awal badai rumah tanggi bisa
lebih panjang. Yang paling pokok adalah kegesitan setiap pasangan untuk
menghindarinya. Tentu saja, usaha penghindaran ini dilakukan proaktif oleh dua
belah pihak, istri dan suami. Dengan demikian, upaya penghindarannya menjadi
semakin efektif dan efisien.
Semoga Allah Ta’ala memudahkan setiap rumah tangga
dalam mengelola badai rumah tangganya, amin.
Wallahu a’lam bishshawab. (dufo abdurrohman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar