Ada dua orang membawa makanan yang berbeda. Orang
pertama membawa makanan basi, sementara orang kedua membawa makanan yang baru
dimasak dengan bahan yang terlihat segar dan sehat. Makanan mana yang akan kita
pilih?
Akan tetapi, orang yang membawa makanan basi
tersebut adalah orang yang selalu bermuka dan berkata manis kepada kita. Muka
masam hampir tidak pernah terlihat di wajahnya. Bagaimana, apakah ini layak
jadi pertimbangan?
Sebagian kita mungkin tidak akan mempertimbangkan
muka manis. Bahkan, bisa jadi, cap munafik segera tertempel pada dirinya.
Bagaimana mungkin kata dan perbuatan berbeda?
Sebagian kita mungkin akan menimbang lebih jauh.
Dia mungkin lupa atau tidak sengaja. Penelurusan lebih dalam mungkin akan
dilakukan.
Yang jelas, kita akan sama-sama sepakat bahwa
kesatuan kata dan perbuatan adalah hal esensial dan fundamental dalam hidup.
Tanpa kesatuan dua hal ini, kejujuran menjadi tiada. Yang ada adalah kebohongan
belaka –sesuatu yang sangat menjengkelkan, bahkan bagi sebagian orang, sangat
menjijikkan.
Dalam hal ini, ada sebagian orang berpendapat bahwa
berkata sedikit merupakan hal baik. Karena setiap kata akan dimintai
pertanggungjawabannya. Bila kita tidak dapat membuktikannya, maka stempel
pembohong –bahkan munafik- dapat mudah tertempel pada diri kita.
Sebagian yang lain berpendapat bahwa tidak ada
batasan pada perkataan. Yang penting adalah kesadaran akan tanggung jawab dari
setiap kata yang kita keluarkan. Semboyan yang perlu diperhatikan, “Berpikirlah
sebelum berkata, agar kata tidak jadi penyesalan di kemudian hari.”
Ya, benar sekali. Kedua pendapat tersebut memiliki
kesamaan dan penekanan yang sama pada aspek tanggung jawab. Yang kita katakan
akan kita realisasikan. Bila yang kita katakan merupakan hal yang berat, ada
baiknya disimpan saja dalam hati.
Satu halangan terbesar untuk menyimpan kata-kata
dalam hati adalah rasa takut: takut dianggap tidak intelek, takut dianggap
tidak visioner, takut dianggap tidak patuh, takut dicap tidak setia kawan, dan
takut-takut lainnya.
Bila dibiarkan liar, rasa takut negatif ini akan
menghancurkan rasa takut terhadap perhitungan Hari Akhir. Selanjutnya,
pembicaraan menjadi bebas lepas, tanpa ada rasa khawatir terhadap gunungan
tuntutan ukhrawi yang semakin besar.
Dalih pembenaran juga terus meluncur. Logika yang
berantakan diabaikan. Sesekali, jalinan pertemanan dengan orang baik dilakukan,
tapi sarat kepentingan. Bila kepentingan selesai, jalinan pertemanan juga
selesai.
Di titik ini, semakin banyak orang yang sadar
tentang semua kebohongan yang sudah terjadi. Akhirnya, hanya ada dua pilihan
yang bisa dilakukan: bertaubat dari perilaku berbohong ataukah membiarkan
perilaku berbohong menjadi watak yang paling kentara?
Wallahu a'lam bishshawab. (dufo abdurrohman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar