Minggu, 04 Desember 2011

Menghargai Kehidupan

Wanita itu menangisi kematian suaminya. Ia baru menyadari bahwa suaminya begitu berarti. Ia juga begitu menyesal karena merasa belum memberikan yang terbaik.
Sebenarnya, ia telah menyadari kebaikan suaminya jauh-jauh hari sebelum suaminya wafat. Hanya saja, rasa kehilangan itu ternyata memberikan hentakan psikologis yang sangat berat. Seakan-akan separuh jiwa ikut melayang.
Ia pun berpesan kepada setiap pentakziyah agar menyayangi pasangannya. Menyia-nyiakan pasangan, pesannya, hanya akan menimbulkan rasa sakit yang sangat dalam pada saat perpisahan –sebuah rasa sakit yang menggelapkan hampir seluruh harapan kehidupan.
Inilah yang mungkin dimaksud dengan ‘menghargai kehidupan’, sebuah sikap menghargai setiap kebaikan yang diberikan makhluk hidup sekitar kita. Mungkin makhluk hidup itu bernama burung, dan ia hanya dapat bernyanyi merdu setiap harinya. Mungkin makhluk hidup itu bernama cacing, dan ia hanya mampu menyuburkan tanah setiap detiknya. Mungkin makhluk hidup itu bernama manusia –dan juga orang yang terdekat dengan kita, dan ia hanya mampu memberikan sebuah senyuman kepada kita.
Ketika kita menghargai kehidupan, kita akan berupaya melihat segala sesuatu yang hidup dengan penglihatan yang positif. Kita memang melihat sisi negatif atau kekurangannya, tapi kita selalu fokus –atau bahkan- memperbesar pada sisi positifnya. Dengan demikian, kita dapat berharap bahwa sisi positif itu akan lebih banyak berdampak kepada kita daripada negatifnya.
Ada begitu banyak teman yang berpisah dengan kita, sedari kita kecil hingga dewasa. Sebagian teman itu berpindah tempat. Sebagian lainnya sudah dipanggil oleh Yang Kuasa.
Dalam perpisahan itu, adakah penyesalan kita karena kita belum sempat mengungkapkan cinta? Ungkapan itu tidak melulu harus romantis. Ungkapan itu juga bukan berarti adanya hadiah atau kata-kata indah. Yang paling penting adalah sikap positif yang benar-benar lahir dari dalam lubuk jiwa. Sesuatu yang berasal dari jiwa akan menyentuh jiwa yang lain, itulah prinsipnya.
Oleh karena itu, rasanya tidak perlu malu untuk mengakui cinta dalam hati kita, sekaligus berusaha melihat yang dicinta dengan pandangan positif. Selanjutnya, biarlah jiwa kita bergerak untuk menyatakan cinta itu. Secara refleks, jiwa akan bekerja dengan baik. Dan ketika itu semua terjadi, marilah kita berdoa, semoga orang yang kita cinta tetap hidup –paling tidak, ia selalu hidup dalam kenangan manis kita. Wallaahu a’lam bishshawab. (dufo abdurrohman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar