Jumat, 16 Desember 2011

Mempersegar Kehidupan


Seorang keponakan datang kepada pamannya. Di a mengadukan keinginannya untuk kuliah. Dia juga mengajukan permohonan agar sang paman mau membiayai kuliahnya. Itupun tidak semua biaya kuliah. Dia sangat senang jika sang paman menyanggupi sebagian saja biaya kuliah. Karena dia tahu, sang paman juga masih memiliki tanggungan anak-anak yang juga masih butuh pembiayaan.
Akan tetapi, permintaannya ditolak. Sang paman tidak mau mengabulkannya. Bahkan, sang paman mencemoohnya. Sang paman menyatakan bahwa kuliah adalah khayalan di keluarga besar mereka. Selain karena mahal, tanpa kuliahpun, sang paman dan sejumlah paman lainnya dapat hidup dengan layak.
Waktu bergulir. Roda nasib juga dipergilirkan oleh Allah SWT. Sang paman mengalami kemunduran usaha. Di sisi lain, dirinya mengalami kelebihan harta yang cukup.
Lalu, sang paman mendatangi dirinya. Hampir mirip dengan dirinya dulu, sang paman memintanya agar mau membantu sepupunya –anak sang paman- untuk menyelesaikan pendidikan di SMA.
Apa yang terjadi? Responnya sama dengan respon sang paman dulu. Hampir tidak ada perbedaan yang signifikan.
Terjadilah ‘lingkaran setan respon’. Sang paman sendiri dimungkinkan belajar respon tersebut dari orang tua atau paman-pamannya. Minimal, sang paman pernah melihat respon tersebut dari orang yang sangat dikenalnya.
‘Lingkaran setan respon tersebut’ akan terus menguat tanpa upaya pemutusan yang sungguh-sungguh. Dalam kasus tersebut, baik sang paman maupun keponakan, diharapkan dapat memulai upaya itu. Dengan demikian, di keluarga besar, respon yang sama tidak akan terulang kembali. Sebaliknya, sebuah respon yang baiklah yang akan muncul. Paling tidak, cemoohan dapat dihindari. Ini insya Allah akan mengekalkan rasa sayang di dalam keluarga besar.
Bisa jadi, baik sang paman maupun keponakan, keduanya memahami perlunya memutus ‘lingkaran setan repon tersebut’. Mereka berdua dimungkinkan sangat ingin membantu orang-orang di keluarga besar mereka. Akan tetapi, merubah kebiasaan –yang berarti juga merubah mindset- ternyata tidaklah sangat mudah. Ada sakit hati, gengsi, iri hati, dan sejuta perasaan negatif lainnya yang benar-benar menghambat. Akhirnya, mereka berdua membiarkan diri terlarut dalam lingkaran yang sama.
Bagaimana dengan kita? Siapkah kita memulai sebuah respon baru, yang itu berarti memulai sebuah tradisi baru?
Siapkah kita memaafkan segenap rasa sakit di masa lalu? Siapkah kita berdamai dengan gejolak hati yang selalu menarik kita untuk tidak berubah –status quo? Dan siapkah kita berdamai dengan orang-orang dekat kita yang mungkin sekali tidak setuju dengan apa yang kita lakukan?
Sejumlah pertanyaan ini akan kita jalani dalam perubahan yang kita lakukan. Mungkin tidak semua. Akan tetapi, satu atau dua pertanyaan saja membutuhkan jawaban lisan dan perbuatan yang berat. Sehingga, sama saja, perubahan akan menjadi berat.
Inilah tantangan kehidupan manusia secara keseluruhan, yakni kesanggupan manusia untuk selalu menampilkan kebaruan dalam merespon. Sehingga, ibarat dedaunan, yang baru akan memberikan kesegaran yang lebih segar. Secara keseluruhan, nantinya, pohon kehidupan ini akan selalu segar dan memberikan kesegaran kepada siapapun.
Wallaahu a’lam bishshawab. (dufo abdurrohman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar