Kamis, 15 Desember 2011

Agar Persahabatan Kita Selalu Indah


Dua orang itu dulu saling berteman. Mereka sangat akrab. Banyak orang menyangka bahwa mereka adik dan kakak.
Akan tetapi, kini, persahabatan itu telah berakhir. Ada perbedaan yang tidak bisa disatukan di antara keduanya. Berbagai solusi telah ditempuh. Namun, semuanya tidak membuahkan hasil.
Kini, mereka jarang saling sapa. Penghalang mental itu sangat besar. Tanda-tanda berakhirnya masa diam pun belum terlihat. Bahkan, masa diam sepertinya akan berumur panjang.
Persahabatan memang menyisakan begitu banyak cerita. Ada cerita bahagia, ada juga cerita duka. Masing-masing cerita membawa dampaknya sendiri-sendiri. Yang pasti, selalu ada hikmah di balik semua cerita itu, bukan?
Bisa jadi, cerita dan pengalaman persahabatan kita juga cukup banyak. Yang kemudian kita ajukan adalah sejumlah pertanyaan, “Apa yang paling berpengaruh dalam persahabatan kita? Seberapa kuatkah pengarunya?”
Pertama, marilah kita membincangkan motif. Persahabatan, disadari atau tidak, memiliki sejumlah motif. Ada motif sekedar berteman, mencari teman curahan hati, hingga motif finansial.
Motif-motif tersebut memiliki pengaruh dalam persahabatan. Motif sekedar berteman, misalnya, menjadikan hubungan tidak terlalu dekat. Hampir tidak ada curahan hati di sana, hanya sekedar ‘say hello’.
Kedua, ada juga harapan dalam persahabatan. Dampaknya juga cukup besar. Bukankah kita sama-sama pernah meletakkan sebuah harapan pada sebuah persahabatan. Apa yang kemudian kita rasakan manakala harapan kita tidak pernah tercapai?
Seorang ustadz pernah berujar, “Ada baiknya tidak menaruh terlalu banyak harapan dalam sebuah hubungan. Karena semakin banyak harapan, maka secara tidak sadar, kita semakin banyak menuntut. Bila semua tuntutan itu tidak dipenuhi, sakit hati sangat mungkin bisa kita rasakan.”  
Ketiga, kita menemukan sejumlah perasaan melankolis. Cinta, sayang, benci, adalah sejumlah perasaan melankolis yang kerapkali mewarnai persahabatan. Terkadang, perasaan melankolis ini mendominasi perasaan kita. Kita juga kurang memberikan kendali pada perasaan-perasaan melankolis ini. Akhirnya, tanpa sadar, kita terhanyut dalam perasaan kita. Kita menjadi sulit membedakan persepsi dengan realitas.
Berbagai hal dalam persahabatan inilah yang kerapkali diabaikan tanpa kendali. Akal ditumpulkan. Daya kritis dimatisurikan. Kepercayaan dimaksimalkan. Semuanya dianggap dalam kondisi benar.
Selain itu, dalam persahabatan, segala sesuatunya dianggap dapat berjalan secara alami. Tidak ada yang perlu dikelola dengan usaha. Bahkan, keterampilan bersosialisasi dianggap akan muncul dengan sendirinya. Pembelajaran untuk membangun keterampilan bersosialisasi dianggap mengada-ngada.
Muaranya, ketika persahabatan telah berada di ujung tanduk, tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Semunya berakhir begitu saja.
Pokok yang kita bicarakan adalah pentingnya berbagai bekal dalam persahabatan. Dengan demikian, persahabatan kita yang indah insya Allah akan selalu indah. Persahabatan kita juga bisa memberikan inspirasi bagi siapapun yang ingin merasakan indahnya persahabatan. Wallaahu a’lam bishshawab. (dufo abdurrohman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar