Setiap kali ada berita penggusuran, ataupun
berita-berita lain yang menyangkut orang-orang lemah, hati kita selalu
tergerak. Kita pun selalu bertanya, “Tidak adakah alternatif lain dalam
penyelesaian masalah yang ada?”
Pertanyaan tersebut kita munculkan karena kita
memahami bahwa orang-orang lemah tidak selalu benar. Ada saat-saat mereka
berbuat salah, baik kesalahan yang bersifat individual ataupun kolektif. Tidak
jarang, mereka paham bahwa mereka telah berbuat kesalahan.
Di sisi lain, kita memahami bahwa orang-orang lemah
ini memiliki sedikit sekali sumber daya hidup. Sehingga, tidak jarang, mereka
kalap manakala hidup mereka terganggu. Apalagi, bila gangguan itu menyangkut
kebutuhan-kebutuhan hidup yang mendasar.
Oleh karena itu, alangkah baiknya bila orang-orang
lemah ini dipahami, diberikan empati dan sekaligus fasilitasi penyelesaian
masalah dengan banyak pilihan. Sehingga, mereka dapat berpikir dengan lebih
jernih. Selanjutnya, mereka diharapkan dapat membuat sebuah keputusan yang
mantap.
Orang-orang lemah memang bisa dihadapi dengan
kekuatan. Sekali sikat, mereka bisa habisi. Ini merupakan jalan pintas, hemat
waktu dan energi. Yang melakukan ini juga cukup banyak.
Akan tetapi, selalu ada luka dalam penyelesaian
masalah dengan kekuasaan. Amarah dan dendam dapat tumbuh dengan mudah. Seiring
waktu, semuanya tertumpuk dan terpupuk, lalu muncul menjadi ledakan sosial yang
cukup, bahkan sangat berat.
Orang-orang lemah memang butuh santunan jiwa yang
jauh lebih luas, dan ini sangat berat bagi sebagian orang. Mereka beranggapan
sia-sia saja memberikan lebih banyak pilihan solusi dan waktu. Apalagi, bila
ada kepentingan ekonomis di sana.
Inilah tantangan orang-orang kuat. Mereka, dengan
segenap sumber daya hidup yang ada, diharapkan sabar dan sadar. Bukankah
orang-orang lemah saat ini dapat tumbuh kuat? Dan bukankah orang-orang kuat
dapat saja ditakdirkan oleh Allah Ta’ala menjadi orang-orang lemah?
Sebenarnya, bila direnungkan lebih dalam, santunan
jiwa dapat membawa manfaat yang besar bagi orang-orang kuat. Ya, mereka akan
dikenal masyarakat sebagai orang baik. Mitra bisnis insya Allah akan membanjir,
berbondong-bondong ingin mengajak kerja sama.
Lebih jauh, mereka akan dinilai Allah Ta’ala
sebagai hamba yang baik. Allah Ta’ala pun akan membukakan banyak pintu
kemudahan bagi mereka, di dunia maupun di akherat. Di dunia, rezekinya lapang. Di
akherat, hidupnya nikmat.
Akan tetapi, bila semua manfaat itu tidak
memotivasi orang-orang kuat untuk memberikan santunan jiwa, sebuah hadits perlu
dicamkan baik-baik. Rasulullah SAW,
“Takutlah doa
orang-orang yang terzhalimi, karena antara dirinya (doanya) dengan Allah tidak ada
penghalang.” (H.R. Bukhari Muslim)
Wallaahu a’lam
bishshawab. (dufo abdurrohman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar