Selasa, 10 April 2012

Memulai Yang Kecil, Mempertahankan Konsistensi


Kita sering bertemu atau menemukan orang-orang yang sudah berusia lanjut. Dalam ketuaan yang sama-sama mereka jalani, mereka memiliki jalan yang berbeda-beda. Minimal, di aspek ibadah, ada yang tambah taat kepada ajaran agama dan ada pula yang  tambah jauh.
Menilik masa lalu, kita akan mendapatkan data bahwa sebagian mereka memang sudah taat selagi muda. Kini, mereka tinggal melanjutkan. Bahkan, ada yang semakin baik ketaatannya.
Ada pula yang masa lalunya buruk, tapi kini bertaubat. Mereka menjadi insan yang baik. Kebaikannya tidak hanya di masjid, tapi pula di rumah dan tempat-tempat publik. Mereka menyebarkan kebaikan di mana-mana.
Ada pula orang tua yang dari dulu hingga sekarang memiliki catatan perilaku yang buruk. Ada saja keburukan mereka. Bisa jadi, keburukan itu mewujud dalam emosi yang meluap-luap, ataupun nafsu yang terarahkan sembarangan.
Mungkin, yang paling menyedihkan adalah masa lalu baik yang diakhiri dengan buruk. Di masa lalu, seseorang begitu baik. Ya, ia baik dalam banyak aspek. Akan tetapi, seiring waktu, dengan berbagai faktor, ia terjebak dalam keburukan perilaku.
Inilah tantangan konsistensi: mempertahankan segala sesuatu yang baik dari awal hingga akhir. Inipun berat, sebagaimana diakui dan dinyatakan banyak orang. Ini jugalah yang sering dikeluhkan. Minimal, ada perkataan, “Mendapatkan lebih mudah ketimbang mempertahankan.”
Lalu, bagaimanakah kita mempertahankan konsistensi?
Ada satu resep dari Rasulullah SAW. Dalam salah satu haditsnya, sebagaimana diriwayatkan Bukhari Muslim, beliau bersabda, “Amal yang paling dicintai Allah adalah yang paling konsisten, walaupun sedikit.”
Nah, kita menemukan kata-kata ‘walaupun sedikit.’ Maknanya, ada baiknya kita memulai segala sesuatu dari kecil. Lalu, kita merawatnya. Sehingga, yang kita rawat akan terus dan terus membesar. Seiring waktu, tanpa terasa, yang kita rawat telah kokoh –bahkan menyatu dengan diri kita.
Ini juga memberikan satu arahan kepada kita. Ya, hasrat terburu-buru untuk langsung besar memang sangat menggoda. Bila kita terhanyut dalam hasrat ini, kita perlu siap-siap terhanyut dalam ketidakkonsistenan. Bukankah sangat berat mengatur arus air yang besar, ketimbang memperbesar arus air perlahan-lahan?
Di titik ini, kitapun menyadari satu hal: pengendalian diri. Berbagai keinginan yang menghantui pikiran perlu diatur, ditata, dan diprioritaskan. Kita bisa saja meraih banyak hal. Insya Allah, ini hanyalah masalah waktu. Seiring waktu berjalan, dengan pengaturan yang baik, kita dapat meraih segalanya.
Sungguh, akan ada kesedihan manakala konsistensi kita kalah, runtuh pula yang dipertahankan. Sebelum itu terjadi, bisakah kita lebih mengendalikan diri?
Wallaahu a’lam bishshawaab. (dufo abdurrohman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar