Dalam sebuah kisah, seorang pilot yang telah
melewati masa skorsing ditanya oleh atasannya, “Apa yang Anda lakukan selama
masa skorsing?”
Sang pilot pun menjawab, “Apa yang saya lakukan?
Tentu tidak ada!”
Sang atasan menimpali, “Ada bisa terbang sebagai
penumpang, dan rasakan pilot lain menerbangkan pesawatnya.”
Aha?
Ya, terkadang, kita menggunakan liburan sebagai
ajang istirahat rehat total. Tidak ada aktivitas pengembangan profesi
sedikitpun. Dalihnya? Hampir sama dengan sang pilot bukan?
Liburan memang menggoda untuk diisi dengan kegiatan
leha-leha belaka. Apalagi, bila kita berlibur di tempat orang yang sangat
memanjakan tamunya. Makanan, minuman, dan akomodasi lain telah disiapkan tuan
rumah tanpa menunggu kita meminta.
Di sisi lain, terkadang, kita menemukan sedikit
ruang dan waktu untuk menjauh sejenak dari pekerjaan harian –yang terkadang
tanpa kita sadari, mulai menumpulkan kepekaan profesi kita. Sehingga, kita semakin
pintar mencari celah atas ketidaksempurnaan kinerja kita, alih-alih semakin
pintar dalam menyelesaikan masalah.
Tentu saja, kita tidak perlu membawa buku-buku
tebal ataupun laptop berat ke tempat liburan. Tak perlu juga membawa
berkas-berkas laporan ataupun jurnal yang menjemukan –dan sering membuat mata
mengantuk.
Mungkin, sebagai alternatif, kita bisa membawa
sebuah flasdisc –apalagi, saat ini, banyak yang berukuran mungil. Untuk
mengoperasikannya, kita bisa menggunakan warnet terdekat. Bukankah sekarang
warnet mulai menjamur?
Tentu saja, masih banyak alternatif lain yang bisa
dipertimbangkan. Yang penting, tetap liburan dan terus mengembangkan diri. Oke?
Wallaahu a’lam bishshawaab. (dufo
abdurrohman)