Sebagian kita memiliki waktu luang yang cukup. Di liburan
mingguan, misalnya, ada cukup banyak waktu untuk menenangkan pikiran. Apalagi,
bila di sela-sela hari aktif bekerja, ada hari libur nasional. Kita tentu
merasakan waktu luang yang lebih banyak lagi.
Yang lebih menghebohkan lagi adalah liburan
tahunan. Benar sekali, ini dikarenakan liburan tahunan relatif lebih panjang
dari liburan biasa. Bahkan, sejumlah liburan tahunan, seperti liburan Idul
Fitri, dijalani serempak di seluruh nusantara.
Tentang liburan inilah, kita perlu memahami betul
ilmunya. Apabila liburan hanya diisi leha-leha saja, tentu kurang baik. Mengapakah
kita melupakan aktivitas lainnya yang bermanfaat?
Aktivitas-aktivitas tersebut tentu saja aktivitas
hemat energi, penuh kesenangan, dan dilakukan bersamaan dengan aktivitas
rekreatif liburan. Bila kita mengambil liburan Idul Fitri sebagai contoh, kita
bisa rileks sambil silaturahmi ke beberapa saudara yang lama terpisah. Kita juga
bisa mengenalkan konsep keluarga besar kepada anak-anak kita. Sehingga, mereka
mengerti sekali konsep-konsep pohon keluarga, seperti buyut dan sepupu jauh.
Yang sangat penting untuk diperhatikan adalah
kesiapan beraktivitas paska liburan. Kita tentu sangat senang bukan, setelah
liburan kita bisa beraktivitas dengan segar dan penuh energi?
Dengan demikian, kita bisa membagi kegiatan liburan
menjadi tiga fase. Pertama, fase persiapan. Kedua, fase senang-senang. Ketiga,
fase penenangan diri dan persiapan aktivitas. Kita pun sepakat bahwa pembagian
waktu untuk ketiga fase tersebut merupakan sesuatu yang fleksibel.
Yang juga sangat penting diperhatikan adalah
konsistensi ibadah. Bukankah ibadah adalah nikmat besar, sehingga perlu dijaga?
Sebagian orang, bahkan, menganggap ibadah sebagai
sarana liburan –relaksasi. Setiap kali selesai shalat, misalnya, mereka
merasakan ketenangan dan sekaligus kebugaran yang luar biasa. Mereka seakan-akan
telah pergi ke tempat yang indah, sekaligus mendapatkan perawatan tubuh. Orang-orang
yang melihat yang mereka pun takjub.
Sedekah juga dapat menjadi sarana liburan dan
relaksasi. Minimal, kita dapat menepiskan kegalauan kita terhadap kemiskinan
yang terus bergelayut di mata kita. Kita pasrahkan saja kepada Allah Ta’ala. Ibarat
balon udara, kita serahkan diri kita kepada angin yang telah diperintah Allah
Ta’ala. Angin itu berhembus ke timur, kita ikut. Angin itu berhembus ke barat,
kita ikut, dan seterusnya. Kita kuatkan keyakinan bahwa Allah Ta’ala hanya akan
menakdirkan yang baik. Mungkin awalnya sulit, tapi kita akan segera merasakan
nikmatnya berkeyakinan kepada Allah Ta’ala.
Dunia ini memang dipenuhi kelelahan. Liburan dan
relaksasi merupakan satu jawaban penting. Masalahnya, bisakah kita merancang
liburan dan relaksasi yang menghembuskan kedamaian jiwa dan raga?
Wallaahu a’lam bishshawab. Selamat berlibur! (dufo
abdurrohman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar