Kamis, 01 Maret 2012

Agar Keburukan Tidak Semakin Buruk


Ketika kaki kita tertusuk paku tiba-tiba, perkataan apakah yang kita ucapkan? Kita memahami bahwa perkataan baik yang disampaikan tiba-tiba dapat menjadi indikator kebaikan jiwa seseorang. Semakin cepat ucapan yang dikeluarkan dan semakin dalam penghayatan akan ucapan itu, dapat dipastikan semakin kuat keyakinannya terhadap nilai-nilai kebaikan.
Kejadian tiba-tiba merupakan satu ujian berat. Karena jiwa kita terkadang dalam kondisi lalai. Apalagi, bila segala sesuatunya berlangsung lancar.
Kondisi lalai ini akan semakin parah bila sikap kufur nikmat telah meresap dalam jiwa kita. Nikmat-nikmat Allah Ta’ala kita abaikan begitu saja. Motor yang tidak bocor di pagi hari sebelum berangkat kerja, jalanan lancar tanpa kendala, cuaca cerah tanpa rintik hujan, dan yang sejenis itu sangat jarang kita syukuri secara mendalam. Bukankah orang bisa stres berat bila kunci motor tidak kunjung diketemukan, padahal pada saat itu, motor tersebut sangat dibutuhkan?
Di kehidupan sekitar kita, kita menemukan banyak sekali kejadian tiba-tiba ini. Bendungan yang tiba-tiba hancur, jembatan yang tiba-tiba runtuh, dan bukit yang tiba-tiba longsor merupakan beberapa contoh. Tentu saja, contoh lainnya masih bisa disebutkan.
Benar sekali, seringkali sebuah ujian diawali oleh gejala-gejala, terutama gejala perilaku orang-orangnya. Bukankah gejala perilaku berbohong dapat berlanjut pada pengurangan kualitas kerja, yang berakhir pada hancurnya hasil kerja dengan cepat?
Ini berarti penguatan mental spiritual masyarakat sangat perlu dilakukan. Tidak hanya sesaat saja, tapi ini dilakukan terus menerus. Karena waktu yang diperlukan sangat lama. Apalagi, tahapan-tahapannya membutuhkan kesabaran yang luas.   
Pembangunan mental spiritual perlu dilakukan secara proaktif. Bila pembangunan mental spiritual ini dilakukan ketika atau paska adanya suatu kasus, hampir dapat dipastikan itu semua telah terlambat.
Edukasi dan penyebaran informasi perlu terus dilakukan. Sehingga, internalisasi dapat terus terjadi. Ini selain mencegah pada gejala-gejala perilaku yang merusak, juga penting dalam menguatkan jiwa ketika musibah datang. Potensi stres dan akibat-akibat destruktifnya dapat berkurang.
Sungguh, kita selalu memiliki keterbatasan. Allah Ta’ala sering menyimpan rahasia-Nya, dan sering pula membuka rahasia tersebut dengan tiba-tiba. Maka, apakah kita telah bersiap?
Semoga, dengan persiapan itu, sebagaimana telah disebutkan, kita dapat melakukan dua hal sekaligus: mencegah kerusakan yang sangat mungkin kita lakukan serta respon buruk suatu keadaan. Amin, amin, amin yaa rabbal ‘alamin.
Wallaahu a’lam bishshawab. (dufo abdurrohman) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar