Ketika kaki kita tertusuk paku tiba-tiba, perkataan
apakah yang kita ucapkan? Kita memahami bahwa perkataan baik yang disampaikan
tiba-tiba dapat menjadi indikator kebaikan jiwa seseorang. Semakin cepat ucapan
yang dikeluarkan dan semakin dalam penghayatan akan ucapan itu, dapat
dipastikan semakin kuat keyakinannya terhadap nilai-nilai kebaikan.
Kejadian tiba-tiba merupakan satu ujian berat.
Karena jiwa kita terkadang dalam kondisi lalai. Apalagi, bila segala sesuatunya
berlangsung lancar.
Kondisi lalai ini akan semakin parah bila sikap
kufur nikmat telah meresap dalam jiwa kita. Nikmat-nikmat Allah Ta’ala kita
abaikan begitu saja. Motor yang tidak bocor di pagi hari sebelum berangkat
kerja, jalanan lancar tanpa kendala, cuaca cerah tanpa rintik hujan, dan yang
sejenis itu sangat jarang kita syukuri secara mendalam. Bukankah orang bisa
stres berat bila kunci motor tidak kunjung diketemukan, padahal pada saat itu,
motor tersebut sangat dibutuhkan?
Di kehidupan sekitar kita, kita menemukan banyak
sekali kejadian tiba-tiba ini. Bendungan yang tiba-tiba hancur, jembatan yang
tiba-tiba runtuh, dan bukit yang tiba-tiba longsor merupakan beberapa contoh.
Tentu saja, contoh lainnya masih bisa disebutkan.
Benar sekali, seringkali sebuah ujian diawali oleh
gejala-gejala, terutama gejala perilaku orang-orangnya. Bukankah gejala
perilaku berbohong dapat berlanjut pada pengurangan kualitas kerja, yang
berakhir pada hancurnya hasil kerja dengan cepat?
Ini berarti penguatan mental spiritual masyarakat
sangat perlu dilakukan. Tidak hanya sesaat saja, tapi ini dilakukan terus
menerus. Karena waktu yang diperlukan sangat lama. Apalagi, tahapan-tahapannya
membutuhkan kesabaran yang luas.
Pembangunan mental spiritual perlu dilakukan secara
proaktif. Bila pembangunan mental spiritual ini dilakukan ketika atau paska
adanya suatu kasus, hampir dapat dipastikan itu semua telah terlambat.
Edukasi dan penyebaran informasi perlu terus
dilakukan. Sehingga, internalisasi dapat terus terjadi. Ini selain mencegah
pada gejala-gejala perilaku yang merusak, juga penting dalam menguatkan jiwa
ketika musibah datang. Potensi stres dan akibat-akibat destruktifnya dapat
berkurang.
Sungguh, kita selalu memiliki keterbatasan. Allah
Ta’ala sering menyimpan rahasia-Nya, dan sering pula membuka rahasia tersebut
dengan tiba-tiba. Maka, apakah kita telah bersiap?
Semoga, dengan persiapan itu, sebagaimana telah
disebutkan, kita dapat melakukan dua hal sekaligus: mencegah kerusakan yang
sangat mungkin kita lakukan serta respon buruk suatu keadaan. Amin, amin, amin
yaa rabbal ‘alamin.
Wallaahu a’lam bishshawab. (dufo abdurrohman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar